BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Kurikulum
Kurikulum
berasal dari bahasa latin, yakni “Curriculae”, artinya jarak yang harus
ditempuh oleh seorang pelari. Pada waktu itu, pengertian kurikulum ialah jangka
waktu pendidikan yang harus ditempuh oleh siswa yang bertujuan untuk memperoleh
ijazah. Dengan kata lain, suatu kurikulum dianggap sebagai jembatan yang sangat
penting untuk mencapai titik akhir dari suatu perjalanan ditandai oleh
perolehan suatu ijazah tertentu.
Beberapa
tafsiran dikemukakan berikut ini:
1) Kurikulum
memuat isi dan materi pelajaran. Kurikulum ialah sejumlah ajaran yang harus
ditempuh dan dipelajari oleh siswa untuk memperoleh sejumlah pengetahuan.
2) Kurikulum
sebagai rencana pembelajaran. Kurikulum adalah suatu program pendidikan yang
disediakan untuk membelajarkan siswa.
3) Kurikulum
sebagai pengalaman belajar. Perumusan atau pengertian kurikulum lainnya yang
agak berbeda dengan pengertian-pengertian sebelumnya lebih menekankan bahwa
kurikulum merupakan serangkaian pengalaman belajar.
Kurikulum
adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi dan bahan pelajaran
serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar
mengajar.
Kurikulum
merupakan susunan, bahan kajian, dan pelajaran untuk mencapai tujuan
penyelenggaraan satuan pendidikan yang bersangkutan, dalam rangka upaya
pencapaian tujuan pendidikan nasional.[1]
Dalam
skala yang lebih luas, kurikulum merupakan suatu alat pendidikan dalam rangka
pengembangan sumber daya manusia yang berkualitas.[2]
Menurut
UU No. 2 tahun 1989 kurikulum adalah seperangkat rencana dan peraturan,
mengenai isi dan bahan pelajaran, serta cara yang digunakan dalam
menyelenggarakan kegiatan belajar mengajar.
B. Faktor-faktor
yang mempengaruhi pengembangan kurikulum
Sekolah mendapatkan
pengaruh dari kekuatan-kekuatan yang ada dalam masyarakat, terutama dari
perguruan tinggi dan masyarakat.
1.
Perguruan
Tinggi
Kurikulum
minimal mendapat dua pengaruh dari perguruan tinggi. Pertama, dari pengembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi yang dikembangkan di perguruan tinggi umum.
Kedua, dari pengembangan ilmu pendidikan dan keguruan serta penyiapan guru-guru
di perguruan tinggi keguruan. Telah diuraikan terlebih dahulu bahwa pengetahuan
dan teknologi banyak memberikan sumbangan bagi isi kurikulum seta proses
pembelajaran. Perkembangan teknologi selain menjadi isi kurikulum juga
mendukung penembangan alat bantu dan media pendidikan. Penguasaan ilmu, baik
ilmu pendiddikan maupun bidang studi serta kemampuan mengajar dari guru- guru akan
sangat mempengaruhi pengembangan dan implementasi kurikulum di sekolah.
2.
Masyarakat
Sekolah
merupakan bagian dari masyarakat dan mempersiapkan anak untuk kehidupan di
masyarakat. Sebagai bagian dan agen dari masyarakat, sekolah sangat dipengaruhi
oleh lingkungan masyarakat dimana sekolah tersebut berada. Isi kurikulum
hendaknya mencerminkan kondisi dan dan dapat memenuhi tuntutan dan kebutuhan
masyarakat di sekitarnya.
3.
System
nilai
Dalam
kehidupan masyarakat terdapat system nilai, baik nilai moral, keagamaan,
social, budaya, maupun nilai politis. Sekolah sebagai lembga masyarakat juga
bertanggung jawab dalam pemeliharaan dan penerusan nilai-nilai. System nilai
yang akan dipelihara dan diteruskan tersebut harus terintegrasi dalam
kurikulum. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan guru dalam mengajarkan
nilai:
v
Guru
hendaknya mengetahui dan memperhatikan semua nilai yang ada dalam masyarakat,
v
Guru
hendaknya berpegang pada prinsip demokrasi, etis, dan moral,
v
Guru
berusaha menjadikan dirinya sebagai teladan yang patut ditiru,
v
Guru
mengharagi nilai-nilai kelompok lain,
v
Memahami
dan menerima kebudayaan sendiri.[3]
C. Langkah-langkah
pengembangan kurikulum
Penyusunan dan
pengembangan kurikulum dapat menempuh langkah-langkah:
1)
Perumusan
tujuan
Tujuan di rumuskan
berdasarkan analisis terhadap berbagai kebutuhan, tuntutan dan harapan. Oleh
karena itu tujuan di rumuskan dengan mempertimbangkan faktor-faktor masyarakat,
siswa itu sendiri serta ilmu pengetahuan.
2)
Menentukan
isi
Isi
kurikulum merupakan pengalaman belajar yang di rencanakan akan di peroleh siswa
selama mengikuti pendidikan. Pengalaman belajar ini dapat berupa mempelajari
mata pelajaran-mata pelajaran, atau jenis-jenis pengalaman belajar lain sesuai
dengan bentuk kurikulum itu sendiri.
3)
Memilih
kegiatan
Organisasi
dapat di rumuskan sesuai dengan tujaun dan pengalaman-pengalaman
belajar yang menjadi isi kurikulum, dengan mempertimbangkan bentuk kurikulum
yang digunakan.
4)
Merumuskan
evaluasi
Evaluasi
kurikulum mengacu pada tujuan kurikulum, sebagai di jelaskan di muka. Evaluasi
perlu di lakukan untuk memperoleh balikan sebagai dasar dalam melakukan
perbaikan, oleh karena itu evaluasi dapat di lakukan secara terus menerus.[4]
Langkah-langkah
pengembangan kurikulum menurut para ahli, yaitu :
v
langkah
pengembangan kurikulum model Rogers.
1)
pemilihan
target dari system pendidikan. Didalam penentuan target ini stu-satunya
criteria yang menjadi pagangan adalah adanya kesediaan dari pejabat pendidikan
untuk turut serta dalam kegiatan kelompok yang intensif.
2)
partisipasi
guru dalam pengalaman guru dalam pengalaman kelompok yang intensif.
3)
pengembangan
pengalaman kelompok yang intensif untuk satu kelas atau unit pelajaran.
4)
partisipasi
orang tua dalam kegiatan kelompok.[5]
v
Langkah
– langkah pengembangan kurikulum menurut Tyler :
1.
Menentukan
tujuan
Dalam
penyusunan suatu kurikulum, merumuskan tujuan merupakan langkah pertama dan
utama, sebab tujuan merupakan arah atau sasaran pendidikan.
2.
Menentukan
pengalaman belajar
Menentukan
pengalaman belajar (learning experiences) adalah aktivitas siswa dalam
berinteraksi dengan lingkungan. Pengalaman belajar pada aktivitas siswa dalam
proses pembelajaran. Ada beberapa prinsip dalam menentukan pengalaman belajar
siswa, yaitu :
- Pengalaman
siswa harus sesuai dengan tujuan yang ingin di capai.
- Setiap
pengalaman belajar harus memuaskan siswa.
- Setiap
rancangan pengalaman siswa belajar sebaiknya melibatkan siswa.
- Dalam suatu
pengalaman belajar dapat mencapai tujuan yang berbeda.
3.
Pengorganisasian
pengalaman belajar
Ada dua
jenis pengorganisasian pengalaman belajar, yaitu :
- Pengorganisasian
secara vertikal
Pengorganisasian
secara vertikal adalah menghubungkan pengalaman belajar dalam satu kajian yang
sama dalam tingkat yang berbeda.
- Pengorganisasian
secara horisontal
Pengorganisasian
secara horisontal adalah menghubungkan pengalaman belajar dalam bidang geografi
dan sejarah dalam tingkat yang sama.
4.
Penilaian
tujuan belajar sebagai kompponen yang dijadikan perhatian utama
Menurut Beauchamp, ada lima langkah atau
pentahapan dalam mengembangkan suatu kurikulum (Beauchamp’s System):
1. Menetapkan
arena atau lingkup wilayah yang akan dicakup oleh kurikulum tersebut (sekolah,
kecamatan, kabupaten, propinsi, negara).
Pentahapan arena ini ditentukan oleh wewenang yang
dimiliki oleh pengambil kebijakan dalam pengembangan kurikulum,serta oleh
tujuan pengembangan kurikulum.
2. Menetapkan
personalia, yaitu siapa-siapa yang turut serta terlibat dalam pengembangan
kurikulum. Ada empat kategori orang yang turut berpartisipasi dalam
pengembangan kurikulum:
a) para ahli
pendidikan/kurikulum yang ada pada pusat pengembangan kurikulum dan para ahli
bidang ilmu dari luar
b) para ahli
pendidikan dari perguruan tinggi atau sekolah dan guru-guru terpilih para
profesional dalam sistem pendidikan profesional lain dan tokoh-tokoh
masyarakat.
Beauchamp mencoba melibatkan para ahli dan
tokoh-tokoh pendidikan seluas mungkin, yang biasanya pengaruh mereka kurang
langsung terhadap pengembangan kurikulum dibanding dengan tokoh-tokoh lain
seperti para penulis dan penerbit buku, para pejabat pemerintah, politisi,dan
pengusaha serta industriawan. Penetapan personalia ini sudah tentu disesuaikan
dengan tingkat dan luas wilayah arena.
Untuk tingkat propinsi atau nasional tidak terlalu
banyak melibatkan
guru. Sebaliknya untuk tingkat kabupaten, kecamatan atau sekolah keterlibatan guru-guru semakin besar.
guru. Sebaliknya untuk tingkat kabupaten, kecamatan atau sekolah keterlibatan guru-guru semakin besar.
3. Organisasi dan
prosedur pengembangan kurikulum.
Langkah ini berkenaan dengan prosedur yang harus
ditempuh dalam merumuskan tujuan umum dan tujuan yang lebih khusus, memilih isi
dan pengalaman belajar, serta kegiatan evaluasi, dan dalam menentukan
keseluruhan desain kurikulum. Beauchamp membagi keseluruhan kegiatan ini dalam
lima langkah, yaitu:
a) membentuk tim
pengembang kurikulum.
b) mengadakan
penilaian atau penelitian terhadap kurikulum yang ada yang sedang digunakan
studi penjajahan tentang kemungkinan penyusunan kurikulum baru.
c) merumuskan
kriteria-kriteria bagi penentuan kurikulum baru.
d) penyusunan dan penulisan
kurikulum baru.
4. Implementasi
kurikulum.
Langkah ini merupakan langkah mengimplementasikan
atau melaksanakan kurikulum yang bukan sesuatu yang sederhana, sebab
membutuhkan kesiapan yang menyeluruh,baik kesiapan guru-guru, siswa, fasilitas,
bahan maupun biaya, di samping kesiapan manajerial dari pimpinan sekolah atau
administrator setempat.
5. Evaluasi
kurikulum.
Langkah ini mencakup empat hal, yaitu:
a) Evaluasi
tentang pelaksanaan kurikulum oleh guru-guru
b) Evaluasi
desain kurikulum
c) Evaluasi hasil
belajar siswa
d) Evaluasi dari
keseluruhan sistem kurikulum.
Data yang diperoleh dari hasil kegiatan evaluasi ini
digunakan bagi penyempurnaan sistem dan desain kurikulum, serta
prinsip-prinsip melaksanakannya. Dalam Buku Perencanaan dan Pengembangan
Kurikulum yang ditulis oleh Prof. Drs. H. Dakir melihat bahwa langkah-langkah
pada model Beaucham tersebut yang dikembangkan oleh G.A. Beauchamp (1964)
adalah sebagai berikut:
a) Suatu gagasan
pengembangan kurikulum yang telah dilaksanakan di kelas, diperluas di sekolah,
disebarkan di sekolah-sekolah di daerah tertentu baik berskala regional maupun
nasional yang disebut arena.
b) Menunjuk tim
pengembang yang terdiri atas ahli kurikulum, para ekspert, staf pengajar, petugas
bimbingan, dan nara sumber lain.
c) Tim menyusun
tujuan pengajaran, materi dan pelaksanaan proses belajar mengajar. Untuk tugas
tersebut perlu dibentuk dewan kurikulum sebagai Koordinator yang bertugas juga
sebagai penilai pelaksanaan kurikulum, memilih materi pelajaran baru,
menentukan berbagai criteria untuk memilih kurikulum mana yang akan dipakai,
dan menulis secara menyeluruh mengenai kurikulum yang akan dikembangkan.
d) Melaksanakan
kurikulum di sekolah.
e) Mengevaluasi
kurikulum yang berlaku.[7]
Beauchamp mengemukakan lima hal dalam mengembangkan
suatu kurikulum.
Pertama, menetapkan arena atau lingkup wilayah yang
akan dicakup oleh kurikulum tersebut, apakah suatu sekolah, kecamatan,
kabupaten, propinsi, ataupun seluruh Negara.
Kedua, menetapkan personalia, yaitu siapa-siapa yang
turut seerta terlibat dalam pengembangan kurikulum.
Ketiga, organisasi dan prosedur pengembangan
kurikulum. Langkah ini berkenaan dengan prosedur yang harus ditempuh dalam
merumuskan tujuan umum dan tujuan yang lebih khusus, memilih isi dan pengalaman
belajar, serta kegiatan evaluasi, dan dalam menetukan keseluruhan dasain
kurikulum.
Keempat, implementasi kurikulum. Langkah ini
merupakan langkah mengimplementasikan aatu melaksanakan kurikulum yang bukan
sesuatu yang sederhana, sebab membutuhkan kesiapan yang menyeluruh, baik
kesiapan guru-guru, siswa, fasilitas, bahan maupun biaya, disamping kesiapan
material dari pimpinan dan penulisan kurikulum baru.
Langkah yang ke;lima dan merupakan terakhir adalah
evaluasi kurikulum.[8]
Menurut Taba ada lima langkah pengembangan
kurikulum model terbalik dari Taba, yaitu :
1. Membuat
unit-unit eksperimen bersama dengan guru-guru :
Dalam kegiatan ini perlu mempersiapkan
· Perencanaan
berdasarkan pada teori-teori yang kuat,
· Eksperimen
harus dilakukan di dalam kelas dengan menghasilkan data yang empiric dan
teruji. Unit –unit eksperimen ini harus dirancang melaui tahapan-tahapan
sebagai berikut:
1) Mendiagnosis
kebutuhan. Pada langkah ini, pengembangan kurikulum dimulai dengan
menentukan kebuttuhan-kebutuhan siswa melalui diagnosis tentang berbagai
kekurangan (deficiencies), dan perbedaan latar belakang siswa. Tenaga pengajar
mengidentifikasi masalah-masalah, kondisi, kesulitan serta kebutuhan-kebutuhan
siswa dalam suatu proses pengajaran. Lingkup diagnosis tergantung pada latar
belakang program yang akan direvisi, termasuk didalamnya tujuan konteks dimana
program tersebut difungsikan.
2) Merumuskan
tujuan khusus. Setelah kebuttuhan-kebutuhan siswa didiagnosis, selanjutnya para
pengembang kurikulum merumuskan tujuan. Rumusan tujuan akan meliputi:
· Konsep
atau gagasan yang akan dipelajari
· Sikap,
kepekaan dan perasaan yang akan dikembangkan
· Cara
befikir untuk memperkuat,
· Kebiasaan
dan keterampilan yang akan dikuasai
3) Memilih
isi. Pemilihan isi kurikulum sesuai dengan tujuan meerupakan langkah
berikutnya. Pemilihan isi bukan saja didasarkan pada tujuan yang harus dicapai
sesuai dengan langkah kedua, akan tetapi juga harus mempertimbangkan segi
validitas dan kebermaknaannya untuk siswa.
4) Mengorganisasi
isi. Melalui penyeleksian, selanjutnya isi kurikulum yang telah ditentukan itu
disusun urutannya, sehingga tampak pada tingkat atau kelas berapa sebaiknya
kurikulum itu diberikan.
5) Memilih
pengalaman belajar. Pada tahap ini ditentukan pengalaman-pengalaman
belajar yag harus dimiliki siswa untuk mencapai tujuan kurikulum.
6) Mengorganisasi
pengalaman belajar. Guru selanjutnya menentukan bagaimana mengemas
pengalaman-pengalaman belajar yang telah ditentukan itu kedalam paket-paket
kegiatan itu, siswa diajak serta, agar mereka memiliki tanggung jawab dalam
melaksanakan kegiatan belajar.
7) Menentukan
alat evaluasi dan prosedur yang harus dilakukan siswa. Peda penentuan alat
evaluasi guru dapat menyeleksi berbagai teknik yang dapat dilakukan untuk
menilai prestasi siswa, apakah siswa sudah mencapai tujuan atau belum.
8) Menguji
keseimbangan isi kurikulum. Pengujian ini perlu dilakukan untuk melihat
kesesuaian antara isi, pengalaman belajar, dan tipe-tipe belajar siswa.
2. Menguji unit
eksperimen
Unit yang sudah sudah dihasilkan pada langkah yang
pertama harus diujicobakan pada berbagai situasi dan kondisi belajar. Pengujian
dilakukan untuk mengetahui tigkat validitas dan kepraktisan sehingga dapat
menghimpun data sebagai penyempurnaan.
3. Mengadakan
revisi dan konsolidasi
Setelah langkah pengujian, maka langkah selanjutnya
melakukan revisi dan konsolidasi. Perbaikan dan penyempurnaan dilakukan pada
data yang dihimpun sebelumnya. Selain d
dilakukan perbaikan dan penyempurnaan dilakukan juga
konsolidasi yaitu penarikan kesimpulan hal-hal yang umum dan tentang
konsistensi teori-teori yang digunakan. Langkah ini dilakukan secara
bersama-sama dengan coordinator kurikulum maupun ahli kurikulum. produk dari
langkah ini adalah berupa teaching learning unit yang telah diuji
dilapangan. Pada langkah ini dilakukan pula penarikan kesimpulan (konsolidasi)
tentang konsistensi teori yang digunakan. Langkah ini dilakukan bersama oleh
koordinator kurikulum dan ahli kurikulum. Bila hasilnya sudah memadai, maka
unit-unit tersebut dapat disebarkan dalam lingkup yang lebih luas.
4. Pengembangan
keseluruhan kerangka kurikulum (developing a frame work)
Apabila dalam kegiatan penyempurnaan dan konsolidasi
telah diperoleh sifatnya yang lebih menyeluruh atau berlaku lebih luas,
hal itu harus dikaji oleh para ahli kurikulum.
Ada beberapa pertanyaan yang harus dijawab dalam
langkah ini.
· Apakah
lingkup isi telah memadai
· Apakah
isi telah tersusun secara logis
· Apakah
pemebelajaran telah memberikan peluang terhadap pengembangan
intelektual, keterampilan dan sikap
· Dan
apakah konsep dasar telah terakomodasi
Perkembangan yang dipergunakan untuk melakukan
kegiatan yang berdasarkan pada pertanyaan-pertanyaan apa isi unit-unit yang
disusun secara berurutan itu telah berimbang ke dalamnya dan keluasannya, dan
apakah pengalaman belajar telah memungkinkan belajarnya kemampuan intelektual
dan emosional. Pengembangan ini dilakukan oleh ahli kurikulum dan para
professional kurikulum lainnya. Produk dari langkah-langkah ini adalah dokumen
kurikulum yang siap untuk diimplementasikan dan
didesiminasikan.
5. Implementasi
dan desiminasi
Dalam langkah ini dilakukan penerapan dan
penyebarluasan program ke daerah dan sekolah-sekolah dan dilakukan pendataan
tetang kesulitan serta permasalahan yang dihadapi guru-guru di lapangan. Oleh
karena itu perlu diperhatikan tentang persiapan dilapangan yang berkaitan
dengan aspek-aspek penerapan kurikulum. Pengembangan kurikulum realitas dengan
pelaksanaannya, yaitu melalui pengujian terlebih dahulu oleh staf pengajar yang
profesional. Dengan demikian, model ini benar-benar memadukan teori dan
praktek.
Tanggung jawab tahap ini dibebankan pada
administrator sekolah. Penerapan kurikulum merupakan tahap yang ditempuh dalam
kegiatan pengembangan kurikulum. Pada tahap ini harus diperhatikan berbagai
masalah seperti kesiapan tenaga pengajar untuk melaksanakan kurikulum di
kelasnya, penyediaan fasilitas pendukung yang memadai, alat atau bahan yang
diperlukan dan biaya yang tersedia, semuanya perlu mendapat perhatian dalam
penerapan kurikulum agar tercapai hasil optimal. [9]
Menurut Wheeler berpendapat bahwa
pengembangan kurikulum teridri dari 5 tahap yaitu:
1. Mementukan
tujuan umum dan tujuan khusus.
Dalam hal ini tujuan umum dapat berupa tujuan yang
bersifat normative yang mengandung tujuan filisofis (aim) atau tujuan
pembelajaran yang bersifat praktis (goals). Sedangkan yang menjadi tujuan
khusus yaitu tujuan yang bersifat spesifik dan observable (objective) yaitu
suatu tujuan pembelajaran yang mudah diukur ketercapaiannya. Dalam
pengembangan kurikulum menurut Wheeler penentuan tujuan merupakan tahap awal
yang harus dilakukan. Dalam penyusunan suatu kurikulumin, merumuskan tujuan
merupakan hal yang harus dikerjakan karena tujuan merupakan arah atau sasaran
pendidikan. Tanpa ada tujuan maka apa yang ingin di capai akan menjadi tidak.
Alasan alasan yang mendasar mengenai pentingnya
perumusan suatu tujuan adalah:
· Tujuan berkaitan
erat dengan arah dan sasaran yang harus dicapai oleh
dunia pendidikan. Kurikulum merupakan alat untuk mencapai tujuan
pendidikan, denagn demikian salah satu komponen penting yang harus ada dalam
suatu perencanaan kurikulum adalah tujuan itu sendiri.
· Tujuan
kurikulum dapat membantu pengembang kurikulum dalam mendesain suatu model kurikulum.
Melalui tujuan yang jelas, maka dapat membantu para pengembang kurikulum dalam
mendesain model kurikulum yang dapat digunakan bahkan akan membantu guru dalam
mendesain sistem pembelajaran. Maksudnya disini adalah dengan tujuan yang jelas
dapat memberikan arahan kepada guru dalam menentukan bahan atau materi yang
harus dipelajari, menentukan metode dan strategi pembelajaran yang akan
digunakan, menentukan alat, media, dan sumber pembelajaran, serta bagaimana
cara merancang alat evaluasi untuk menentukan keberhasilan belajar siswa.
· Tujuan
dapat digunakan sebagai control dalam menentukan batas batas serta kualitas
pembelajaran. Dengan adanya tujuan kurikulum yang jelas dapat digunakan sebagai
kontrol dalam menentukan batas-batas dan kualitas pembelajaran. Artinya,
melalui penetapan tujuan, para pengembang kurikulum termasuk guru dapat
mengontrol sampai mana siswa telah memperoleh kemampuan-kemampuan sesuai dengan
tujuan dan tuntutan kurikulum yang berlaku. Lebih jauh dari itu dengan adanya
tujuan akan dapat ditentukan daya serap siswa dan kualitas suatu sekolah.
2. Menentukan
pengalaman belajar yang mungkin dapat dilakukan oleh siswa untuk mencapai
tujuan yang telah dirumuskan dalam dalam langkah pertama. Yang dimaksud dengan
pengalaman belajar disini adalah segala aktivitas siswa dalam
berinteraksi denagn lingkungan. Menentukan pengalaman belajar merupakan hal
yang penting untuk materi - materi yang sesuai dalam proses pembelajaran.
3. Menentukan isi
dan materi pelajaran sesuai dengan pengalaman belajar
Tahap ketiga dalam pengembangan kurikulum menurut
Wheeler adalah penentuan isi dan materi pelajaran. Penentuan isi dan materi
pelajaran ini di dasarkan atas pengalaman belajar yang di alami oleh peserta
didik, pengalaman belajar yang dialami oleh peserta didik dijadikan suatu acuan
dalam penyusunan materi ajar.langkah langkah pengorganisasian merupakan hal
yang sangat penting karena dengan pengorganisasian yang jelas akan memberikan
arah bagi pelaksanaan proses pembelajaran sehingga menjadi pengalaman belajar
bagi pelaksanaan proses pembelajaran sehingga menjadi pengalaman belajar yang
nyata bagi siswa.
4. Mengorganisasi
atau menyatukan pengalaman belajar dengan isi atau materi pelajaran. Setelah
materi ajar disusun maka dilakukan penyatuan antara pengalaman belajar dengan
materi ajar yang telah disusun, hal ini bertujuan agar terjadi hubungan atau
kesinambungan antara pengalaman belajar dengan materi ajar. Sehingga proses
belajar mengajar dapat berjalan dengan naik sehingga hasil yang diperoleh pun
dapat maksimal.
5. Melakukan
evaluasi setiap fase pengembangan dan pencapaian tujuan. Disini setelah proses
pembelajaran selesai akan dilaksanakan suatu proses evaluasi. Dalam proses
pengembangan kurikulum ini tahap evaluasi merupakan tahap yang sangat penting,
hal itu karena proses penilaian atau evaluasi dapat memberikan informasi
tentang ketercapaian daripada tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Dengan
evaluasi ini maka akan dapat diketahui apakah kurikulum yang diterapkan itu
berjalan denagn baik sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai oleh sekolah
tersebut.secara rinci dapat dikatakan bahwa Evaluasi bertujuan untuk
menggumpulkan, menganalisis dan menyajikan data untuk bahan penentuan keputusan
mengenai kurikulum apakan kurikulum itu masih bisa berlaku atau harus di
perbaharui atau digamti lagihal itu terjadi karena evaluasi
suatu kurikulum dapat memberikan informasi mengenai
kesesuaian, efektifitas dan efisiensi kurikulum terhadap tujuan yang
ingin dicapai dan penggunaan sumber daya,yang mana informasi ini akan sangat
berguna sebagai bahan pembuat keputusan apakah kurikulum tersebut masih
dijalankan tetapi perlu revisi atau kurikulum tersebut harus diganti dengan
kurikulum yang baru. Evaluasi kurikulum juga penting dilakukan dalam
rangka penyesuaian dengan perkembangan ilmu pengetahuan, kemajuan
teknologi dan kebutuhan pasar yang berubah.
Berdasarkan dari langkah- langkah pengembangan
kurikulum yang dikemukakan oleh Wheeler terlihat bahwa pengembangn kurikulum
itu berbentuk sebuah siklus (lingkaran) yang mana pada setiap tahapa dalam
siklus tersebut membentuk suatu system yang terdiri dari komponen- komponen
pengembangan yang saling berhubungan satu sama lain.[10]
[3] Prof.Dr.Nana Syaodih
Sukmadinata.2002.Pengembangan Kurikulum teori dan Praktek.Bandung: PT Rosda
Karya.hal158-160.
[4] Drs.H.Mohammad
Ali M.Pd,M.A.1992.Pengembanhan Kurikulum di Sekolah.Bandung:Sinar Baru.hal 66-67.
[5] Prof Dr. Nana Syaodih
Sukmadinata.2002.Pengembangan kurikulum teori dan praktek.Bandung:PT remaja
rosdakarya.hal167-168.